Terungkapnya aktivitas penyadapan telepon Presiden SBY dan pejabat
Indonesia lainnya oleh badan intelijen Australia DSD (kini berubah
menjadi Australian Signal Directorate) memicu reaksi luas di
kalangan politikus Australia sendiri. Seorang mantan diplomat Australia
bahkan memperkirakan Jakarta akan menarik duta besarnya dari Canberra
dan mengusir dubes Australia dari Jakarta.
Persoalan-persoalan yang berkembang
Persoalan
yang banyak dipertanyakan, kemampuan teknologi kedua belah pihak (RI
dan Australia). Bagaimana penyadapan dapat terjadi dan mengapa alat
komunikasi yang digunakan oleh berbagai pejabat
tinggi negara RI
ternyata rawan dan tidak mempunyai alat penangkal.
Kapan
sebenarnya penyadapan tersebut terjadi dan informasi apa yang disadap
oleh Australia. Ada disebut penyadapan terjadi antara tahun 2007-2009,
tetapi ada perkiraan penyadapan dilakukan sepanjang waktu termasuk
keinginantahuanAustralia terhadap rencana RI membeli kapal selam dari
Rusia dan mungkin Squadron Sukhoi dewasa ini.
Ada perkiraan
Australia juga menyadap informasi-informasi mengenai persoalan dalam
negeri RI, misalnya korupsi. Seolah-olah ada unsur LSM Indonesia yang
yang mendapatkan bocoran isi penyadaban yang terjadi, karena menyangkut
berita tentang korupsi telah diteruskan ke KPK.
Banyak kalangan
menganalisis bahwa pembocoran aksi penyadapan ini tidak dilakukan
awalnya oleh pihak Australia, tetapi oleh Edward Snowden, seorang mantan
rekanan Dewan Keamanan AS, yang kemudian mencari suaka di Rusia. Oleh
karena itu, diperkirakan Edward Snowden adalah mantan agen KGB yang pada
masa Perang Dingin berhasil melakukan infiltrasi ke dalam tubuh Dewan
Keamanan AS dan kemudian melarikan diri ke Hongkong lalu Moskow.
Juga
merupakan tanda tanya mengapa AS tidak pernah mengklarifikasi siapa
Edwrad Snowden; salah satu kemungkinan adalah AS (cq Presiden Obama)
tidak mau malu, karena Dewan Keamanan AS pernah kebobolan disusupi
Edward Snowden, seorang agen KGB tingkat tinggi.
Oleh karena itu,
ada perkiraan bahwa pembocoran penyadapan Australia terhadap pesawat
telepon beberapa pejabat senior RI antara lain pesawat telepon Presiden
SBY dan Ibu Anie Yudhoyono adalah upaya Edward Snowden membawa
kepentingan Rusia, untuk mengadu domba Indonesia dengan Blok Barat (AS,
Inggris, Kanada, Australia dan New Zealand). Karena seperti
diperkirakan, Edward Snowden adalah mantan agen KGB yang berhasil
menyusup ke dalam Dewan Keamanan AS.
Dari semua ini, dapat memunculkan permasalahan, yaitu timbulnya desakan
masyarakat agar surat Tony Abbott secara penuh diumumkan oleh Presiden
SBY kepada masyarakat, seperti yang sudah diminta oleh anggota DPR-RI
dari Komisi I , TB Hasanuddin. Arah desakan bukan lagi kepada
keinginantahuan latar belakang kekurang ajaran Australia menyadap
pesawat telepon berbagai pejabat RI termasuk Presiden SBY dan Ibu Anie
Yudhoyono, tetapi informasi apa yang sebenarnya disadap oleh Australia
tentang Presiden SBY, Ibu Anie Yudhoyono, dan para petinggi RI tersebut.
Rangkaian peristiwa itu mempengaruhi kerjasama soal para pencari suaka, perdagangan, militer dan isu-isu lain. Beberapa dokumen menunjukkan bahwa Australia telah memata-matai Presiden
Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, ibu negara Ani Yudhoyono dan
beberapa menteri senior. Skandal itu memicu Jakarta untuk membekukan
kerjasama militer dan kerjasama-kerjasama lain, termasuk upaya memerangi
kelompok yang memanfaatkan para pencari suaka untuk memasuki perairan
Australia Utara.
Dalam surat yang ditujukan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
Perdana Menteri Australia Tony Abbott dilaporkan menjanjikan untuk
memulihkan hubungan yang rusak ini.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menggarisbawahi 3 hal yang akan
dilakukan Indonesia terkait penyadapan yang dilakukan Australia. Berikut
3 hal tersebut.
Pertama, Indonesia menunggu penjelasan resmi Australia pada Indonesia, bukan pada komunitas di Australia.
Kedua,
berangkat dari kasus penyadapan itu pada Presiden Republik Indonesia
dan pejabat Indonesia, 2 hari lalu ada sejumlah agenda kerjasama yang
dilakukan Indonesia dengan Australia, diminta untuk dihentikan.
Ketiga, Indonesia berpendapat dan meminta keberlanjutan kerjasama di masa depan, maka Indonesia memerlukan semacam protokol atau Code of Conduct, sekaligus Guiding Principal (panduan utama) menyangkut kerjasama di berbagai bidang.
http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2013-11-18/penyadapan-telepon-sby-permalukan-indonesia/1221452
http://news.detik.com/read/2013/11/20/140714/2418365/10/buntut-penyadapan-australia-ini-3-hal-yang-akan-dilakukan-indonesia
http://news.liputan6.com/read/760889/penyadapan-tinjauan-intelijen-strategis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar